Tuesday, July 23, 2024

Panglima Caadara

    Saudara-saudara kita dari papua sangat mahir berperang. Mereka pintar melemparkan tombak, berkelahi tangan kosong, membuat teriakan perang, berlari dan menggunakan perisai. Dahulu mereka sering berperang antar suku bangsa, karena memang banyak suku bangsa di Papua. Tetapi sekarang tidak lagi. Perang telah diganti latihan perang perangan yang digunakan hanya untuk memeriahkan pesta atau memperingati hari-hari besar saja.

    Tahukah kalian salah satu orang yang berjasa dalam memberi para penduduk papua dalam memperkenalkan cara berperang yang mahir itu ? kalian akan membaca salah satu kisahnya Panglima Caadara. Bagi Masayarakat Kiman, Caadara adalah pahlawan. Mereka menghormatinya sebagai sosok panglima perang dan pemimpin yang hebat, berikut kisahnya.

    Pada suatu ketika di Desa Krademaru terdengar teriakan tangis sangat keras dari salah satu rumah penduduk. Seorang bayi telah lahir. Bayi dari Wire rupanya. Seorang bayi yang sangat montok dan sangat sehat. Gembira hati Wire mendapat anak lelaki yang sangat tak ternilai itu. Dia pun membuat pestasyukuran atas lahirnya bayinya itu.

    Wire memberi nama bayinya Caadara.

    Caadara tumbuh menjadi anak yang sangat sehat dan tangkas. ketangkasannya jauh melebihi anak anak sebayanya. Dia bisa memanjat, berlari, meloncat dan berenang, sungguh semua itu membanggakan hati Ayahnya, hingga diputuskan untuk melatihnya ilmu ilmu perang.

    Maka dari itu sedari kecilpun Caadara telah diajarkan ilmu perang yang dimiliki Ayahnya. Dia diajarkan bagaimana cara mengendap saat menyerang musuh, menghindari musuh terlalu banyak, diajarkan cara berkelahi jarak dekat, memanah, diajari cara memegang tombak dan melemparkannya, juga diajari untuk menyembuhkan luka saat terkena senjata tajam.

    Oleh karena didikan Ayahnya, Caadara tumbuh menjadi pemuda yang gagah, tangkas dan pemberani.

    Melihat anaknya telah tumbuh menjadi pemberani dan perkasa, timbullah niat untuk menguji keberanian dan segala ilmu yang telah diberikan.

    Caadara yang telah siap dengan semua ujian ayahnya, langsung mengangguk setuju. Dia langsung mengumpulkan 10 orang temannya untuk membantu dalam perburuannya. Daerah perburuan bukanlah tempat yang dekat dari desanya. Daerah itu adalah sebuah wilayah dipinggir danau ditengah hutan. Untuk kesana bukanlah hal yang mudah dan aman. Selain itu, ini akan menjadi suatu pengalaman menarik bagi mereka semua, karena ini merupakan perburuan mereka. Caadara membuat rencana perburuannya dengan matang, hingga perlu waktu cukup lama untuk membuat keputusannya. Akhirnya rencana perburuan bisa terwujud, mereka pun merasa lega, perburuan pun dimulai.

    Mereka berjalan meninggalkan desa. ladang-ladang dilalui, semak belukar mereka tembus, hingga mereka sampai di hutan rimba. Tanpa ragu, mereka pun memasukinya.

Betapa gelap hutan itu, tanaman besar dan kecil bercampur menjadi satu dan semua itu ditambahi dengan suara aneka binatang yang bermacam-macam. Caadara dan kawan kawannya terus berjalan ke dalam hutan hingga mereka sampai pada  tempat yang mereka maksud. Sebuah tempat lapang dipinggir danau. Daerah itu ternyata banyak hewan buruannya. Mereka sangat suka dengan keadaan itu, hingga memutuskan untuk berkemah disana. Hari pertama mereka mendapatkan sebuah babi hutan yang gemuk, yang akan membuat mereka semua pesta daging babi bakar. Pada hari kedua mereka mendapatkan dua babi hutan. Hingga hari keenam mereka selalu sukses mengadakan perburuan tanpa ada halangan apapun.

    Pada hari ke tujuh bahaya tampak datang mengancam. Seekor anjing pemburu terlihat menyelinap dan berlari lari di ladang perburuan mereka. Caadara menjadi sangat waspada dan berhati-hati. Mereka memutuskan tidak berburu hari itu sampai mengetahui apa yang akan terjadi.
Anjing pemburu merupakan pertanda buruk bagi mereka. Anjing pemburu merupakan pertanda ada pemburu dari suku lain mendekat. Jika mereka bertemu, maka kemungkinan akan terjadi perebutan ladang perburuan. Arti dari semua itu adalah perang.

Hari itu belum terjadi apa, tetapi Caadara dan rekannya tetap waspada

Dipagi hari, saat Caadara dan rekan rekan mereka baru bangun, terdengarlah teriakan gemuruh yang mengerikan. Musuh telah datang ! Dua rekan Caadara merasa sangat ketakutan. Hanya Caadara dan ketujuh rekannya yang masih tetap santai.

Musuh ternyata orang suku kuala yang berjumlah lima kali lipat. Caadara kemudian memutuskan untuk mencari tempat bertahan yang baik, sekaligus juga tempat yang bagus bagi mereka menyerang balik. Caadara membawa mereka ke padang ilalang yang tinggi dan lebat. Mereka menjadi tak terlihat oleh musuh, tetapi bisa melihat musuh yang akan menyerang.

Musuh datang dengan teriakan perang yang mengerikan. Tetapi Caadara tak terpengaruh, Suasana menegang dan perang pun tak terelakkan.

Perang yang tak seimbang sepuluh orang melawan lima puluh orang. Teriakan perang, Ayunan tombak, tongkat pemukul, perisai yang berbenturan, teriakan kesakitan, semua berbaur menjadi satu dalam perang itu. Caadara dan sahabatnya berperang seperti banteng terluka. Mereka berperang dengan gagah berani dan tanpa mengenal takut, terutama Caadara.

Caadara berperang dengan cara yang aneh, dia tidak memakai perisai untuk melindungi tubuhnya, dia pun tidak menggunakan tombak atau pemukul. Dia memakai parang yang disambarkan ke setiap musuh didepannya. Jurus perang yang aneh itu justru sanggup membuat roboh puluhan musuh dengan singkat. Melihat cara perang Caadara yang luar biasa itu, para musuh menjadi gusar. mereka merasa takut dan melarikan diri

Caadara sangat lega musuh terusir pergi. Teman temannya sangat gembira, dan mereka pun jadi sangat bangga dan kagum memiliki rekan dan pemimpin yang hebat seperti itu.

Orang orang kampung Kramuderu sangat takjub mendengar cerita teman teman Caadara tentang sepak terjangnya mengelahkan musuh. Mereka sangat bangga memiliki seorang pemuda sehebat Caadara. Mereka telah menemukan seorang calon pemimpin suku baru, tetapi dari semua yang berbahagia, tak ada yang lebih bahagia dari Wire. Anaknya sekarang telah menjadi lelaki sejati yang sangat hebat dan pantas memimpin suku.

Semenjak itu masyarakat mulai mengenal Caadara Ura, atau gaya berperang gaya Caadara. Gaya ini meliputi berbagai ragam cara beladiri tangan kosong, melemparkan senjata, menggunakan senjata dan berlari.

Sekian 

 

No comments:

Post a Comment

Thank's for your comments...:)