Wednesday, March 12, 2014

Fatimah Az-Zahra

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Fatimah Az-Zahra

Fatimah Az-Zahra adalah putri bungsu Nabi besar kita Muhammad SAW bersama Khadijah. Fatimah lahir di Ummul Qura (Makkah) pada hari Jum'at, 20 Jumadi al-Tsani (Jumadil akhir) dan saudara-saudaranya bernama Zainab, Ruqayyah dan Ummi Kalsum. Fatimah az-Zahra memiliki banyak gelaran diantaranya Az-Zahra, Ash-Shadiqah, Al-Batul dan Ummu Abiha. Tetapi gelar yang paling dikenal adalah Az-Zahra yang mana gelar ini diberikan oleh ayahandanya sendiri Rasulullah SAW yang artinya (wajah yang berseri-seri) kerana Fatimah memiliki kulit yang putih. “Mengapa diberi nama Fatimah ?” Baginda menjawab. “Kerana jika dia berdiri di mihrobnya dia akan memancarkan cahaya bagi penghuni langit sebagaimana bintang menyinari penghuni bumi”.

Sesungguhnya Allah SWT menghendaki kelahiran Fatimah yang mendekati tahun ke 5 sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, bertepatan dengan peristiwa besar yaitu ditunjuknya Rasulullah sebagai penengah ketika terjadi perselisihan antara suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakan kembali Hajar Aswad setelah Ka’bah diperbaharui.

Diantara anak wanita Rasullullah SAW, Fatimah RA merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliaannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita-wanita suci yaitu Maryam ibunda Isa, Asiah Putri Muzahim dan Ummu Kultsum saudara perempuan Musa yg telah diperintahkan oleh ALLAH untuk mengajarkan ilmu perawatan kebidanan sampai kelahiran Fatimah.

Rasulullah sangat menyayangi Fatimah, setelah Rasulullah bepergian ia terlebih dulu menemui Fatimah sebelum menemui istri-istrinya. Aisyah berkata “Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Rasulullah selain Fatimah, jika ia datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fatimah bila Rasulullah datang mengunjunginya”.

Fatimah Az-Zahra adalah anak Rasulullah SAW yang memiliki perwatakan mirip dengan Rasulullah SAW. Saat berusia 5 tahun, ia ditinggal wafat oleh Ibunya (Khadijah). Fatimah tidak secara langsung menggantikan tempat ibunya dalam melayani, membantu dan membela Rasulullah SAW, sehingga beliau mendapat gelar Ummu Abiha (ibu dari ayahnya) dalam usia yang masih anak-anak beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam cobaan, karena pada saat itu terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban ayahnya. Beliau menyaksikan perlakuan keji kaum kafir Quraish kepada ayahnya, sehingga sering kali pipi beliau basah oleh linangan air mata karena melihat penderitaan yang dialami ayahnya. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, Fatimah dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.

Setelah Rasulullah SAW menjalankan haji Wada’ dan ketika melihat Fatimah, beliau menemuinya dengan ramah, selamat datang wahai putriku. Lalu Beliau menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikkan sesuatu, sehingga Fatimah menangis dengan tangisan yang keras, saat Fatimah sedih lalu Beliau membisikkan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fatimah tersenyum.

Aisyah pun bertanya tentang apa yang dibisikan oleh Rasulullah lalu Fatimah menjawab, ”Saya tak ingin membuka rahasia”. Setelah Rasulullah wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fatimah tentang apa yang dibisikan Rasulullah kepadanya sehingga membuat Fatimah menangis dan tersenyum. Lalu Fatimah menjawab, “Adapun yang Beliau katakan kepada saya pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril telah membacakan al-Qur’an dengan hafalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu Beliau berkata, “Sungguh saya melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik-baiknya Salaf (pendahulu) untukmu adalah Aku”. Maka akupun menangis yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat Beliau membisikan yang kedua kali, Beliau berkata, ”Wahai Fatimah apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita-wanita penghuni surga dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku”. Kemudian saya tertawa.

Fatimah menikah di usia hampir 18 tahun, ada beberapa sahabat yang ingin meminangnya diantaranya Abu Bakar dan Umar tetapi Nabi menolaknya dengan lemah lembut. Lalu Ali bin Abi Thalib datang kepada Rasulullah untuk melamar, lalu ketika Nabi bertanya, “Apakah engkau mempunyai sesuatu ?” Tidak ada ya Rasulullah,” jawabku. “Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu,” Tanya beliau.“ Masih ada padaku wahai Rasulullah,” jawabku. “Berikan itu kepadanya (Fatimah) sebagai mahar”, kata beliau. Lalu Ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affan seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Rasulullah dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin. Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib yaitu pada hari Jum’at, 1 Dzulhijjah 2 Hijriah. Setahun menikah mereka dikaruniai anak pertama yang bernama Al-Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya’ban 4 Hijriah. Pada 5 Hijriah Fatimah melahirkan anak perempuan bernama Zainab dan yang terakhir bernama Ummu Kultsum. Mereka semua terkenal sebagai orang sholeh, sholehah baik dan pemurah hati.

Suatu hari Ali ingin meminang putri Abu Jahal, ketika Fatimah bercerita kepada Rasulullah SAW, beliau marah besar. Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya diatas mimbar “Sungguh Fatimah bagian dariku, Siapa yang membuatnya marah berarti membuat aku marah”, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti. “Demi Allah tidak akan berkumpul putri utusan Allah dengan putri musuh Allah pada seorang laki-laki dan berkumpul dalam satu tempat, tidak akan kuizinkan, kecuali Ali menceraikan putriku dan menikahi putri mereka, maka Ali menggagalkan pinangannya kepada putri Abu Jahal. Fatimah termasuk wanita-wanita yang zuhud dia menyadari bahwa ridha Allah dan RasulNya jauh lebih bernilai dari pada perhiasan dunia, semboyannya adalah (dalam firman Allah) “Katakanlah, perhiasan dunia itu sedikit dan akhirat lebih baik bagi orang bertakwa (An-Nisa : 77) dan juga firman Allah "Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat berusaha bersungguh-sungguh kearah itu dan dia orang mukmin, maka mereka itu orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik (Al-Isra : 19)

Setelah kepergian baginda Rasulullah, Fatimah sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun kesedihan beliau bukan semata-mata karena kehilangan Rasulullah SAW, beliau juga melihat kelakuan umat sesudahnya yang banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, yang akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka. Fatimah wafat berselang 6 bulan sejak wafatnya Rasullallah SAW, Fatimah jatuh sakit, namun ia merasa gembira karena kabar gembira yang diterima dari ayahnya. Fatimah wafat pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan (14 Jumadil Ula) 11 Hijriah pada usia 28 tahun. Umat Islam berbondong ke Masjid Nabawi, Shalat jama'ah yang dipimpin oleh Ali RA. Sesuai wasiat beliau, shalat jenazah gelombang kedua dipimpin oleh pamannya Abbas bin Abdul Muthalib RA, dikeheningan malam jenazah dibawa ke pemakaman Janat Ull baqih, Madinah. Sebelum meninggal beliau sempat meninggalkan 3 wasiat.
Pertama, supaya Saidina Ali RA menikah dengan Amamah Bin Al-Ash Bin Rabi’ yang merupakan anak saudaranya Zainab RA.
Kedua, membuat keranda untuknya yang berbentuk tempat tidur yang diikat dengan pelepah kurma yang menjadi pegangan dari tempat tidur (berbentuk seperti keranda), dan ia ditutupi dengan kain.
Ketiga, meminta suaminya menguburkannya di waktu malam di Baqih.
Allah ridho terhadap Fatimah RA dan menempatkannya di surga Firdaus. Kehebatan Fatimah Az-Zahra harus kita contoh melalui sifat-sifat keperibadiannya yang unggul dan hebat. Jika kaum muslimah (seorang anak, isteri dan ibu) dapat meniru dan meneladani sifat-sifat ini, dan dapat menjalani pada kehidupan sehari-hari maka akan mendapatkan kebahagiannya.

Sifat-sifat yang dimiliki oleh Fatimah Az-Zahra adalah :
Y   Sederhana
Fatimah Az-Zahra memiliki budi pekerti yang mulia kerana beruntung sejak kecil lagi diasuh dan dididik dengan akhlak mulia oleh ibu bapaknya Rasulullah S.A.W. dan Khadija. Fatimah merupakan seorang yang sabar dan tabah menghadapi ujian hidup ini dapat dilihat semasa hidup yang dilalui yang mana mengamalkan konsep keserhanaan walaupun beliau puteri Rasulullah S.A.W. serta tidak tamak menggunakan harta Baitul Mal untuk kepentingan peribadi.

Y   Taat Agama & Suami

Fatimah Az-Zahra adalah seorang yang taat kepada agama dan suaminya. Beliau sentiasa membantu suaminya melakukan pekerjaan sehari-hari seperti menumbuk gandum, menguli tepung dan membakar roti serta tidak pernah ingkar suruhan suami, serta menyokong perjuangan dakwah suaminya Ali Bin Abi Thalib.

Y   Pemurah

Fatimah juga memiliki sifat pemurah dan bertanggungjawab serta mempunyai semangat jihad yang tinggi. Sifat pemurah Fatimah dapat dilihat dari peristiwa kedatangan Salman yang membawa seseorang yang baru memeluk agama Islam, seseorang tersebut tidak memiliki makanan lalu datang ke rumah Fatimah untuk meminta makanan. Ketika itu Fatimah juga tidak memiliki makanan apapun, lalu beliau memberikan tudungnya kepada Salman agar ditukar dengan jagung milik Shamoon seorang yahudi yang mana akhirnya memeluk Islam. Lalu Fatimah mengolah Jagung tersebut hingga menjadi makanan.

Y   Rela Berkorban

Selain itu juga, Fatimah banyak membantu Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Islam. Beliau juga sama-sama berkorban untuk mengembangkan agama Islam yang dibawa oleh ayahnya dan pengalaman yang dilaluinya mengajarkan beliau hidup lebih tabah dan sabar. Sifat beliau yang lebih mengutamakan keperluan orang lain berbanding dengan keperluan sendiri ini harus diteladani oleh kaum Muslimah saat ini.

Y   Ibu Mithali

Fatimah menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anak mereka yang mana tidak pernah membantah Fatimah. Hasil didikan sempurna melayakkan al-Hassan, al-Hussain dipilih menjadi Saiyidan Syabab Ahli Jannah, manakala Zainab pula mengadakan majlis Pengajian Khusus untuk wanita (Ahli sastera Islam).

Y   Perjuangan Islam

Fatimah dalam perjuangan Islam, antaranya menjadi pendorong dan motivasi kepada Rasulullah SAW ketika Rasulullah SAW menerima tekanan kaum Quraisy Mekah. Selain itu, muslimah hebat ini turut membantu menyediakan makanan untuk tentera Islam yang menggali parit dalam peperangan Khandak. Beliau menjadi seorang isteri yang solehah dengan memberi khidmat kepada suaminya Saidina Ali menyampaikan dakwah dan membuat persiapan untuk memasuki medan peperangan. Beliau juga tidak membantu bersama-sama dengan wanita Islam memberi rawatan kepada tentera Islam yang cedera dalam perang Uhud. Begitu hebat dan mulia pengorbanan yang diberikan oleh Fatimah dalam membantu perjuangan Islam sejak kecil sehingga kewafatannya.


Sekian sekilas tentang Fatimah Az-Zahra J
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh J

No comments:

Post a Comment

Thank's for your comments...:)